MAKALAH
TIM AHLI (JIGSAW)
a.
Gambaran
Umum Jigsaw
Jigsaw
telah dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aroson dan teman dari universitas
texas, dan diadopsi oleh slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
b.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Jigsaw
1.
Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
2.
Materi pelajaran diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab.
3.
Setiap anggota kelompok
membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4.
Anggota dari kelompok
yang lain yang telah mempelajari sub bab
yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.
Setiap anggota kelompok
ahli setelah kembali kekelompoknya
bertugas menjelaskan kepada teman-temannya.
6.
Pada pertemuan dan
diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
c.
Jigsaw
Tipe II
Jigsaw tipe II ini dikembangkan oleh
slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif
tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan.
Siswa diberikan materi baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk
dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi
ahli (Expert) pada suatu aspek
tertentu dari materi tersebut.
Model pembelajaran tipe Jigsaw ini ada
perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw tipe I dan jigsaw tipe II. Pada
Jigsaw tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
spesialisasinya sementara konsep-konsep lain ia dapatkan melalui diskusi dengan
teman segrupnya.
Sedangakan pada Jigsaw tipe II ini
setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan
read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi Expert. Hal ini untuk
mempeoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Ø Sintax Pembelajaran
Jigsaw
Adapun langkah-langkah
pembelajaran denga Jigsaw II ini yaitu :
a.
Orientasi
Pendidik menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Membrikan penekanan tentang manfaat
penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar
konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b.
Pengelompokan
Pengelompokan dalam
kelas dilakukan dengan heterogen menurut kemampuannya dalam matematika.
c.
Pembentukan dan
pembinaan kelompok expert
Selanjutnya kelompok
yang sudah dibentuk, diberikan materi sesuai dengan kelompoknya.dan dibina
menjadi suupaya menjadi expert. Tiap kelompok diberikan konsep matematika
sesuai dengan kemampuannya. Misalnya kelompok I yang terdiri dari siswa yang
sangat baik kemampuannya diberikan materi yang kompleks, begitu juga pada
kelompok yang lainnya.
Setiap kelompok
diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia
kembali kedalam grup sebagai tim ahli “expert”, dalam hal ini peran pendidik
sangat penting.
d.
Diskusi (pemaparan)
kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta
didik ahli) dalam konsep tertentu ini , masing-masing kembali dalam kelompok
semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep
tertentu. Selanjutnya pendidika mempersilakan anggota kelompok untuk
mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing. Dalam proses ini
akan terjadi sharing pengetahuan diantara setiap anggota.
Aturan dalam fase ini
yaitu :
ü Siswa
memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota mempelajari
materi yang diberikan.
ü Memperoleh
pengeahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai
belajar sampai setiap anggota benar-benar menguasai konsep.
ü Tanyakan
pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik.
ü Diskusi
dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup/kelompok lain.
ü Dalam
mengakhiri diskusi perlu adanya perayaan supaya siswa memperoleh kepuasan.
e.
Tes (penilaian)
Pada tahap ini pendidik
memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep
yang didiskusikannya. Pada proses pengerjaan tes siswa tidak boleh bekerja
sama.
f.
Pengakuan kelomok
Penilaian pada
pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan
pada skor akhir siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor tersebut
melewati skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa berhak memberikan kontribus
point kepada setiap anggota kelompoknya dalam sistem skor kelmpok. Siswa
memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melebihi
skor dasar yang diperolehnya.