ABU ALFARUQ : Ana mau tanya, apa sih bedanya NU GARIS LURUS, dengan NU-nya KH. Hasyim Asy`ari dan NU sekarang (besutan Gus Dur dkk?).
KH. Luthfi Bashori : NU GARIS LURUS adalah merupakan upaya pengembalian pemahaman warga NU kepada ajaran KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme). Karena Gus Dur adalah Pahlawan Pluralisme, maka NU besutannya juga menjadi NU yang Sekularis, Pluralis dan Liberalis.
SAS adalah `Murid Setia` Gus Dur, jadi langkah dan pemahaman SAS ini adalah terjemahan dari `keyakinan` yang dianut Gus Dur selama ini. Pertemanan aqidah antara SAS dengan Gus Dur sudah lama terjalin, jadi ajaran SEPILIS yang keluar dari kedua orang ini juga akan mempengaruhi pemahaman orang-orang yang selalu mengekor kepada keduanya.
Lebih mudah lagi untuk diingat, jika KH. Hasyim Asy`ari konon
mendirikan NU itu benar-benar murni diperuntukkan bagi warga NU untuk
kepentingan pelestarian aqidah Sunni Syafi`i sebagai label resmi bagi
umat Islam Indonesia.
Konon KH. Hasyim Asy`ari ibarat membelikan mobil pribadi khusus untuk kepentingan warga NU, namun sejak NU dipimpin Gus Dur, maka fungsi NU menjadi bergeser, dan siapa saja dan dari aliran mana saja diperbolehkan `masuk` dan boleh `memanfaatkan` NU asalkan ada kontribusinya.
Ibarat warga NU yang semula mempunyai mobil pribadi ber-plat hitam, lantas disuratkan oleh Gus Dur menjadi mobil ber-plat kuning (angkutan umum) yang siapa saja boleh masuk asalkan mau bayar ongkos naik.
Memang banyak juga oknum dari tokoh-tokoh NU yang pandai memanfaatkan dan menikmati status NU PLAT KUNING ini, ketimbang jika harus mengembalikan kepada satus NU PLAT HITAM yang kurang menjanjikan dari segi peluang bisnis, apalagi karena ketatnya peraturan syariat yang harus diemban oleh para pelestari NU murni ala KH. Hasyim Asy`ari.
Mudah-mudahan saja masih banyak warga NU yang sadar aqidah dan selalu berusaha kembali kepada ajaran dan pemahaman KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SEPILIS, sekalipun sangat berat dalam mengembannya.
Konon KH. Hasyim Asy`ari ibarat membelikan mobil pribadi khusus untuk kepentingan warga NU, namun sejak NU dipimpin Gus Dur, maka fungsi NU menjadi bergeser, dan siapa saja dan dari aliran mana saja diperbolehkan `masuk` dan boleh `memanfaatkan` NU asalkan ada kontribusinya.
Ibarat warga NU yang semula mempunyai mobil pribadi ber-plat hitam, lantas disuratkan oleh Gus Dur menjadi mobil ber-plat kuning (angkutan umum) yang siapa saja boleh masuk asalkan mau bayar ongkos naik.
Memang banyak juga oknum dari tokoh-tokoh NU yang pandai memanfaatkan dan menikmati status NU PLAT KUNING ini, ketimbang jika harus mengembalikan kepada satus NU PLAT HITAM yang kurang menjanjikan dari segi peluang bisnis, apalagi karena ketatnya peraturan syariat yang harus diemban oleh para pelestari NU murni ala KH. Hasyim Asy`ari.
Mudah-mudahan saja masih banyak warga NU yang sadar aqidah dan selalu berusaha kembali kepada ajaran dan pemahaman KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SEPILIS, sekalipun sangat berat dalam mengembannya.