YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jalan hidup seseorang sulit ditebak. Kemarin jadi penjahat, belum tentu besok masih juga penjahat. Buktinya, Sandiman Nur Hadi Widodo, mantan perampok toko emas Riau yang menggondol 7 kilogram emas tahun 1996.
Dulu, dia dihukum empat tahun penjara. Kini, dia jadi pendiri dan pengasuh pondok pesantren dan panti asuhan Al Ghifari di Gontan, Sidoreja, Lendah, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama di penjara, Sandiman justru mendapat hidayah dari Allah dan belajar agama. Hebatnya lagi, hanya dalam waktu tiga bulan, Sandiman mampu menghafal Alquran 30 juz atau menjadi hafidz.
Mendekam di penjara empat tahun, membuat dirinya bertobat, dan berjanji menjalani hidup sebagai orang baik setelah selesai masa hukumannya. Akhirnya dia memang jadi orang alim.
Begitu keluar dari penjara 10 September 1998, Sandiman mendirikan pondok pesantren dan panti asuhan tadi. Kini Sandiman menjadi kyai dan pengasuh pada pesantren yang ia dirikan itu.
"Di penjara saya belajar agama dan selama tiga bulan saya hafal Alquran. Allah memberi saya mukjizat begitu dasyat, karena begitu keluar dari penjara saya dapat membangun pondok pesantren dan panti asuhan," kata Sandiman di Kulon Progo.
Pesantren tersebut selesai dibangun dan diresmikan tahun 2000. Kini sudah ada 60 santri yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah menimba ilmu dan telah meluluskan 70 alumni.
Menurut dia, selama di dalam penjara banyak kejadian yang menurut dirinya di luar logika. Ilmu hitam yang dimilikinya seperti kebal peluru hingga ilmu menghilang, tiba-tiba musnah dari tubuhnya.
"Semua ilmu hitam yang saya miliki hilang, dan sejak saya belajar agama saya menjalani hukuman dengan tenang, saya pasrah kepada yang memberi saya hidup," katanya.
Ia mengatakan selama di penjara dirinya berkelakuan baik, dan ilmu agamanya terus diperdalam. "Saya memperoleh perlakuan khusus selama di dalam penjara. Saya diberi kepercayaan memberi khutbah, dan memberi pengajian di luar penjara, meski dengan pengawalan ketat," ujar dia.
Bahkan, kata dia, dirinya mendapat potongan hukuman selama satu tahun. "Saya diperlakukan secara khusus di dalam penjara, dan saya sangat bersyukur dengan semua itu, karena itulah jalan hidup saya yang dimudahkan oleh Allah SWT," katanya.
Ia membekali santrinya dengan keterampilan kerja, mulai dari beternak, menjahit serta teknik mesin. "Banyak santri lulusan Al Ghifari kini bekerja dan sebagian memiliki usaha sendiri," katanya.
Sandiman selalu menanamkan kepada para santrinya untuk tidak patah semangat ketika menjadi orang miskin, dan pesantren ini memberikan berbagai bekal keterampilan kerja maupun untuk usaha lainnya.